PERIODISASI KEHIDUPAN PALING AWAL DI INDONESIA
·
Zaman Batu
o
Zaman Batu Tua (Paleolitikum)
Zaman Batu Tua ini berlangsung selama Kala Pleistosen. Zaman ini berlangsung kurang
lebih 600.000 tahun. Peralatan yang digunakan
terbuat dari batu dan tulang yang masih kasar. Dalam berkomunikasi mereka
menggunakan bahasa isyarat. Masyarakatnya hidup berkelompok dan berpindah2
(nomaden). Masyarakat telah memiliki kepercayaan terhadap roh nenek moyang, hal
ini diketahui dari bentuk penguburan yang ditemukan.Peninggalan yang ditemukan : kapak genggam, alat tulang Ngandong. Pendukung zaman ini : Homo Soloensis, Homo
Wajakensis, dan Pithecanthropus Erectus.
o
Zaman Batu Tengah (Mesolitikum)
Masyarakat Mesolitikum mulai hidup setengah menetap, peralatan
yang dibuat masih dari batu kasar, tetapi bahagian yang digunakan sudah diasah.
Pada zaman ini terjadi perubahan besar, yaitu keterampilan membuat
gerabah/barang pecah belah dari tanah liat yang dibakar. Para ahli
memperkirakan manusia yang hidup pada zaman ini adalah Homo Sapiens. Peninggalan yang ditemukan : kapak tulang sampung, alat2
serpih (flake), dan kapak genggam sumatera.
o
Zaman Batu Muda (Neolitikum)
Zaman ini terjadi perubahan besar dalam kehidupan masyarakat, dari
nomaden berubah menetap (sedenter) dan food gathering berubah menjadi food
producing. Masyarakat pendukung peradaban ini adalah penduduk migrasi Proto
Melayu, dari Yunan (Cina Selatan). Peninggalan
yang ditemukan: kapak persegi, kapak lonjong, dan gerabah.
o
Zaman Batu Besar (Megalitikum)
Pada zaman ini masyarakat sudah semakin maju, mereka sudah menetap
dan teratur, hasil budayanya berupa peninggalan yang terbuat dari batu2 besar.
Bangunan megalitik tersebut diperuntukkan sebagai tempat pemujaan terhadap roh
nenek moyang. Kebudayaan megalitik muncul pada zaman Neolitikum. Dan berkembang
hingga zaman logam. Peninggalan yang ditemukan :
§
Menhir, yaitu tiang atau tugu batu
yang terbuat dari batu tunggal dan ditempatkan pada suatu tempat. Fungsi menhir
adalah sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang, tempat memperingati
seseorang (kepala suku) yang telah meninggal, dan tempat menampung kedatangan
roh. Menhir banyak ditemukan di pasemah, Sumatera Selatan.
§
Punden berundak, adalah bangunan pemujaan yang
bertingkat2 (berundak2). Tempat pemujaan ini banyak ditemukan di daerah
Cisolok, Sukabumi.
§
Dolmen, adalah meja batu sebagai
tempat sesaji. Ada dolmen yang berkakikan menhir ada pula dolmen yang dijadikan
kubur batu.
§
Kubur peti batu, adalah peti jenazah yang
terpendam di dalam tanah berbentuk persegi panjang dan sisi2nya dibuat dari
lempengan2 batu. Kubur peti batu banyak ditemukan di Kuningan, Jawa Barat
§
Sarkofagus atau keranda, adalah peti jenazah yang
berbentuk seperti palung atau lesung, tetapi mempunyai tutup. Sarkofagus banyak
ditemukan di Bali dan di Sumbawa Barat.
§
Waruga, adalah peti jenazah kecil
yang berbentuk kubus dan ditutup dengan batu lain yang berbentuk atap rumah.
Waruga banyak ditemukan di Minahasa.
Von Heine Geldern membagi penyebaran kebudayaan megalitik ke Indonesia menjadi 2
gelombang berikut :
§
Megalitik tua, yang menghasilkan menhir,
punden berundak, dan arca2 statis, menyebar ke Indonesia pada Zaman Neolitikum
(2500-1500SM) dibawa oleh pendukung kebudayaan kapak persegi (Proto-Melayu).
§
Megalitik muda, yang menghasilkan kubur peti
batu, dolmen, waruga, sarkofagus dan arca2 menyebar ke Nusantara pada Zaman
Perunggu (1000-100SM) dibawa oleh pendukung kebudayaan Dongsong (Deutro
Melayu).
·
Zaman Logam
o
Zaman Perunggu
Pada zaman ini masyarakat telah mampu membuat peralatan dari
perunggu, yakni campuran tembaga dengan timah. Peralatan prasejarah yang paling
terkenal pada zaman ini adalah kapak perunggu dan nekara. Teknik pembuatan
perunggu dibagi dua :
§
Teknik Bivalve (Setangkap)
Teknik ini menggunakan 2 cetakan yang dapat ditangkapkan
(dirapatkan). Cetakan tersebut diberi lubang pada bagian atasnya. Dari lubang
itu dituangkan logam cair. Bila perunggu sudah dingin cetakan dibuka. Bila
membuat benda berongga, maka digunakanlah tanah liat sebagai intinya yang akan
membentuk rongga setelah tanah liat itu dibuang. Cetakan ini dapat dipergunakan
berkali2.
§
Teknik A Cire Perdue (Cetakan
Lilin)
Pembuatan benda2 perunggu dengan teknik ini diawali dengan membuat
bentuk benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya. Bentuk
lilin ini dihias dengan berbagai pola hias. Bentuk lilin yang sudah lengkap
dibungkus lagi dengan tanah liat yang lunak. Pada bagian atas dam bawah diberi
lubang. Dari lubang atas dituangkan perunggu cair dan dari lubang bawah
mengalirlah lilin yang meleleh. Bila perunggu yang dituangkan sudah dingin,
cetakan tersebut dipecah untuk mengambil bendanya yang sudah jadi. Cetakan
seperti ini hanya dapat digunakan sekali saja.
o
Zaman Besi
Pada zaman ini masyarakat telah mampu membuat peralatan dari besi.
Masyarakat pendukung kebudayaan ini adalah ras Deutro Melayu. Yang datang dari
daratan Asia Tenggara. Mereka datang membawa kebudayaan Dongson (Vietnam),
yakni kebudayaan perunggu Asia Tenggara.
Hasil kebudayaan zaman logam:
1. zaman perunggu. hasil kebudayaan zaman perunggu antara lain: kapak corong, nekara/moko
2. zaman besi. hasil kebudayaan zaman besi antara lain: mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, sama cangkul.
1. zaman perunggu. hasil kebudayaan zaman perunggu antara lain: kapak corong, nekara/moko
2. zaman besi. hasil kebudayaan zaman besi antara lain: mata kapak, mata sabit, mata pisau, mata pedang, sama cangkul.
No comments:
Post a Comment